Mencari Rezeki ke Mesjid
Oleh: Qalbi Salim
Walalupun sore telah datang, bukan berarti segala aktivitas kami akan berhenti begiu saja. Nanti malam dan esok harinya segala aktifitas dan tugas-tugas harus kami lalui, tampa sedikitpun mampu mengelak.
Sore itu Saya dan Afdal hendak pulang ke kos. Saya dan afdal adalah anggota Surat Kabar Kampus Ganto UNP. Dari tadi kami telah berjam-jam berada di Ganto tercinta, itulah penilaian semua anggota Ganto terhadap Ganto. Karena sekitar lima menit lagi akan Sholat Magrib maka kami putuskan untuk pulang ke kos.
Sesampainya kami di samping rektorat UNP tepatnya di depan Fakultas Teknik UNP. Suara Azan dari mesjid Al-Azhar UNP mengundang kami untuk menghadap pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Rancak wak sholat dulu Bro” (lebih baik kita sholat dulu Bro) ujar afdal waktu itu. Tampa bantahan sedikitpun dari saya, akhirnya kami menuju mesjid Al-Azhar. Tidak mungkinlah saya menolak ajakan Afdal yang baik. Setelah selesai sholat sayapun keluar dari mesjid terlebih dahulu. Afdal masih berada di dalam mesjid melaksanakan sholat sunat.
Tidak beberapa lama saya berdiri di luat mesjid Afdalpun keluar dari mesjid tampa mengandang tas di punggungnya. Afdal menanyakan pada saya, apa saya ada membawa tasnya. Tentunya pada waktu itu saya menjawab tidak ada membawa tasnya. Ternyata tas Afdal hilang, sayapun terkejut mana mungkin tas Afdal hilang? Padahal yang sholat magrib pada waktu itu tidak beberapa orang. Cukub besar kerugian yang menimpa Afdal waktu itu, di dalam tasnya terdapat dompet, jam tangan, kartu ATM, buku-buku dan flasd disk, yang sialnya buku yang akan di resensi Afdal untuk Ganto edisi 149 berada dalam tas tersebut.
Tapi kami tidak mengambil pusing, Saya dan Afdal menelusuri mesjid Al-Azhar, mulai dari dalam mesjid sampai keluar mesjid. Saya pun mencari tas Afdal di pinggir jalan yang ada di depan mesjid Al-Azhar. Saya fikir orang yang mencuri tas Afdal masih ada di sana. Karena kata masyarakat sekitar kehilangan yang dialami oleh mahasiswa UNP pelakunya adalah preman-preman yang nongkrong di jalan depan mesjid Al-Azhar.
Tidak hanya Afdal yang mengalami pengalaman pahit di mesjid Al-Azhar sayapun pernah mengalaminya. Tiga minggu yang lalu waktu shalat Jumat bersama Afdal sandal saya hilang. Terpaksa saya waktu itu harus berjalan tampa sandal ke sekretariat Ganto. Apalagi beberapa hari yang lalu mesjid Al-Azhar dihebohkan karena sepeda motor mahasiswa hilang di mesjid Al-Azhar. Ya… itulah maling tidak punya rasa kasihan terhadap mahasiswa, yang jauh dari orang tua, kadang kala biaya bulanan juga tidak mencukupi kebutuhan mahasiswa.
Setelah penulusan sekitar mesjid yang begitu lama akhirnya Saya dan Afdal pasrah. Sudah dicari di sekitar mesjid tapi tidak bertemu. “Dasar maling… mesjid juga di gunakan untuk mencari rezeki” ujar Afdal waktu itu. Akhirnya kami pun meninggalkan mesjid Al-Azhar.
Walalupun sore telah datang, bukan berarti segala aktivitas kami akan berhenti begiu saja. Nanti malam dan esok harinya segala aktifitas dan tugas-tugas harus kami lalui, tampa sedikitpun mampu mengelak.
Sore itu Saya dan Afdal hendak pulang ke kos. Saya dan afdal adalah anggota Surat Kabar Kampus Ganto UNP. Dari tadi kami telah berjam-jam berada di Ganto tercinta, itulah penilaian semua anggota Ganto terhadap Ganto. Karena sekitar lima menit lagi akan Sholat Magrib maka kami putuskan untuk pulang ke kos.
Sesampainya kami di samping rektorat UNP tepatnya di depan Fakultas Teknik UNP. Suara Azan dari mesjid Al-Azhar UNP mengundang kami untuk menghadap pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Rancak wak sholat dulu Bro” (lebih baik kita sholat dulu Bro) ujar afdal waktu itu. Tampa bantahan sedikitpun dari saya, akhirnya kami menuju mesjid Al-Azhar. Tidak mungkinlah saya menolak ajakan Afdal yang baik. Setelah selesai sholat sayapun keluar dari mesjid terlebih dahulu. Afdal masih berada di dalam mesjid melaksanakan sholat sunat.
Tidak beberapa lama saya berdiri di luat mesjid Afdalpun keluar dari mesjid tampa mengandang tas di punggungnya. Afdal menanyakan pada saya, apa saya ada membawa tasnya. Tentunya pada waktu itu saya menjawab tidak ada membawa tasnya. Ternyata tas Afdal hilang, sayapun terkejut mana mungkin tas Afdal hilang? Padahal yang sholat magrib pada waktu itu tidak beberapa orang. Cukub besar kerugian yang menimpa Afdal waktu itu, di dalam tasnya terdapat dompet, jam tangan, kartu ATM, buku-buku dan flasd disk, yang sialnya buku yang akan di resensi Afdal untuk Ganto edisi 149 berada dalam tas tersebut.
Tapi kami tidak mengambil pusing, Saya dan Afdal menelusuri mesjid Al-Azhar, mulai dari dalam mesjid sampai keluar mesjid. Saya pun mencari tas Afdal di pinggir jalan yang ada di depan mesjid Al-Azhar. Saya fikir orang yang mencuri tas Afdal masih ada di sana. Karena kata masyarakat sekitar kehilangan yang dialami oleh mahasiswa UNP pelakunya adalah preman-preman yang nongkrong di jalan depan mesjid Al-Azhar.
Tidak hanya Afdal yang mengalami pengalaman pahit di mesjid Al-Azhar sayapun pernah mengalaminya. Tiga minggu yang lalu waktu shalat Jumat bersama Afdal sandal saya hilang. Terpaksa saya waktu itu harus berjalan tampa sandal ke sekretariat Ganto. Apalagi beberapa hari yang lalu mesjid Al-Azhar dihebohkan karena sepeda motor mahasiswa hilang di mesjid Al-Azhar. Ya… itulah maling tidak punya rasa kasihan terhadap mahasiswa, yang jauh dari orang tua, kadang kala biaya bulanan juga tidak mencukupi kebutuhan mahasiswa.
Setelah penulusan sekitar mesjid yang begitu lama akhirnya Saya dan Afdal pasrah. Sudah dicari di sekitar mesjid tapi tidak bertemu. “Dasar maling… mesjid juga di gunakan untuk mencari rezeki” ujar Afdal waktu itu. Akhirnya kami pun meninggalkan mesjid Al-Azhar.