Si Kaya Terima Beasiswa

Sabtu, Januari 30, 2010
Beasiswa yang diberikan untuk membantu dan menunjang prestasi akademika mahasiswa pada kenyataannya banyak yang salah sasaran. Mahasiswa yang seharusnya menerima ternyata tak mendapatkan. Sebaliknya, mahasiswa yang tak membutuhkan malah menerima beasiswa. “Sebenarnya saya tak terlalu butuh beasiswa itu,” aku salah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu-ilmu Sosial (FIS) yang tak mau disebutkan identitasnya kepada Ganto, Rabu (14/1).


Sebut saja Rini. Ia adalah salah seorang dari beberapa mahasiswa UNP yang tergolong mampu, tapi mendapatkan beasiswa. Syarat-syarat yang mudah menambah semangat Rini mengurus beasiswa tesebut. Bahkan ia sendiri mengakui, pada dasarnya ia tak layak menerima beasiswa itu. ”Mau bagaimana lagi, nama saya juga sudah tercantum pada daftar penerima beasiswa Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM), rugi kalau tak diurus,” ujar mahasiswa.

Hal serupa juga diakui Ena. Ia menjelaskan, beasiswa yang ia terima tak begitu diperlukan. Uang itu hanya disimpannya di bank. “Sampai saat ini uangnya masih utuh,“ ujarnya, Kamis (15/1).

Lebih lanjut Ena menjelaskan bahwa ia hanya sekedar ikut-ikutan saja mengurus beasiswa tersebut. “Kalau ada kesempatan kenapa tidak, kan lebih baik mengurus,” lanjut Ena yang tak ingin disebutkan nama jurusannya kepada Ganto (15/1).

Tapi di lain pihak, Korianto, mahasiswa Jurusan Geografi BP 2007 dan Rusda Nella, mahasiswa Administrasi Ilmu Pendidikan.mengungkapkan kekecewaan mereka. Beasiswa yang sangat mereka harapkan ternyata tak keluar. Padahal mereka sangat membutuhkan beasiswa itu untuk membayar SPP. Kondisi perekonomian sama-sama menjadi alasan mereka. Kori berharap dengan beasiswa itu dapat meringankan beban orang tuanya yang hanya bekerja sebagai petani. “Terpaksa saya harus merepotkan orang tua lagi dengan meminta uang SPP, padahal sebelumnya saya sudah berjanji membayar uang SPP dengan beasiswa itu,” keluh Kori (14/1).

Di tempat terpisah, Rusda mengatakan biaya bulanan yang diberikan orangtuanya tak menentu. Bahkan, kata Rusda, yang kebutuhannya hanya ditanggung oleh ibunya, ia hanya diberi uang sebesar Rp 300 ribu per bulan. Untuk mengecap pendidikan di bangku kuliah saja, Rusda terpaksa menganggur dulu satu tahun untuk mengumpulkan biaya kuliah.

Menanggapi persoalan tersebut, Kepala Bagian Kemahasiswaan, Sudiro Sembiring membenarkan perihal tersebut. Dikarenakan mudahnya mahasiswa memeroleh surat keterangan kurang mampu. “Kami tak tahu-menahu tentang tata cara mengeluarkan surat kurang mampu

Lebih lanjut Sudiro menambahkan tak mungkin jajarannya itu mengecek perekonomian satu per satu mahasiswa. Ini akan memakan banyak waktu. “Kita hanya diberikan waktu sedikit dari pusat, kalau tidak cekatan dalam pengumpulan syarat-syarat, maka beasiswa itu tak akan turun,” tegasnya (21/1). Seharusnya Pembantu Dekan III sudah mengetahui keadaan mahasiswanya,” ujarnya saat ditemui Ganto di ruangannya.

Perihal surat keterangan kurang mampu, memang terlihat kurangnya verifikasi dari pihak fakultas. Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, Drs.Ikhwan.M.Si mengatakan untuk surat keterangan kurang mampu diserahkan pada pihak jurusan yang bersangkutan. “Kami hanya mengecek ulang administrasinya saja,”ujar Ikhwan, Kamis (16/2).

Sama halnya dengan yang diungkapkan Ketua Jurusan Administrasi Ilmu Pendidikan Dra. Elizar Ramli, M.pd. menurutnya, untuk mengklarifikasi mahasiswa mampu atau tidak memang sulit untuk menentukannya karena jumlah mahasiswa yang sangat banyak. “PD III saja juga susah untuk mendapatkan informasinya,” ujarnya, Jumat (20/2).
Agar tak ada lagi beasiswa yang salah sasaran, Sudiro berharap mahasiswa yang termasuk kategori mampu itu memiliki kesadaran yang tinggi. Ia juga mengharapkan agar mahasiswa mampu tersebut tak mengajukan permohonan beasiswa. “Kasihan rekan-rekan mahasiswa yang seharusnya layak dapat beasiswa malah tidak mendapatkannya,” saran Sudiro, Rabu (21/1). Salim/Riva
Diberdayakan oleh Blogger.