Aksi Mahasiswa Atas Penderitaan Palestina
Gencatan senjata yang dilakukan Israel terhadap Palestina hingga saat ini belum juga reda. Puluhan bom tiap harinya masih berterbangan di udara Palestina. Teng-teng baja Israel mulai memasuki wilayah Gaza.
Mungkin sudah terbayangkan apa yang akan terjadi di tanah air Pelestina yang selalu dihujani bom sejak 27 Desember 2008 yang lalu. Masyarakat Palestina menjerit dan ketakutan atas tindakan yang dilakukan Israel, anak-anak trauma dan sampai saat ini lebih kurang 1000 orang masyarakat Palestina telah direnggut nyawanya oleh Israel.
Sejarah mencatat telah 60 tahun Israel menjajah Palestina. Sudah lengkap penderitaan yang dialami masyarakat Palestina. Tidak hanya merenggut nyawa melalui serangan bom yang dilakukan Israel. Tapi juga penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan terhadap anak-anak dan wanita Palestina. Anak-anak dipenggal kepalanya dihadapan orang tuanya, wanita-wanita diperkosa lalu dibunuh, dan wanita yang sedang hamil perutnya diiris-iris dalam keadaan masih hidup. Itulah sebagian penderitaan yang dialami masyarakat Palestina.
Penjajahan yang dilakukan Israel selama ini tentu memiliki alasan. Israel melakukan penjajahan karena keinginan untuk menghapuskan Hamas dari negeri Palestina. Kalau memang itu alasan kenapa anak-anak dan wanita Palestina yang menjadi korban? Apa salah dan dosa mereka? Hingga diperlakukan seperti itu. Tentu perlu juga dipertanyakan, apakah keberadaan Hamas di Palestina, berakibat buruk bagi masyarakat Palestina. Atau Israel melakukan aksi selama ini karena memang ingin menjajah Palestina atau karena hanya kepentingan internasional.
Tidak wajar rasanya, dizaman yang telah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi Hak Azazi Manusia (HAM) seseorang harus dirampas. Atau ini adalah dampak buruk dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat suatu negara menciptakan rudal dan bom untuk menghancurkan negara lain.
Tindakan yang dilakukan Israel tehadap Palestina mendapatkan protes dari masyarakat dunia, terutama dari Negara-negara Islam. masyarakat dunia melakukaan aksi solidaritas, dengan melakukan demo dan meminta tuntutan kepada pimpinan negaranya untuk menindak lanjuti konflik ini. Di sepanjang jalan dipenuhi aksi-aksi masyarakat dari berbagai kalangan mulai dari lembaga-lembaga organisasi Islam, mahasiswa, dan masyarakat.
Ada juga masyarakat yang menjalankan sumbangan atas nama solidaritas untuk Palestina, begitu juga dengan mahasiswa. Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) tiap-tiap univeristas melakukan aksi meminta sumbangan kepada mahasiswa lainnya. UKK tersebut juga menjalankan sumbangan pada masyarakat di luar kampus. Tapi yang menjadi permasalahan saat ini, yang dialami masyarakat Palestina apa hanya sekedar kesedihan Organisasi mahasiswa (Ormawa) UKK saja? Apa tidak kesedihan mahasiswa secara keseluruhannya? Baik yang muslim maupun non muslim.
Mahasiswa yang menjunjung tinggi Tri Darma perguruan tinggi yakni pengabdian pada masyarakat. Buktinya mana?
Aksi yang dilakukan organisasi-organisasi Islam dan masyarakat berdampak posoitif. Hal ini dibuktikan keluarnya Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB No 1860 mengenai situasi di jalur Gaza yang dikeluarkan di New Yort 8 Januari 2009. Mahasiswa dan masyarakat memang telah melakukan perubahan demi perdamaian dunia. Sikap solidaritas dan aksi yang dilakukan mengundang manfaat bagi masyarakat Palestina.
Tapi mahasiswa jangan berbangga dulu. Coba lihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Apa Resolusi yang dikeluarkan DK PBB memang mengurangi penderitaan masyarakat Palestina? Sedangkan untuk mengeluarkan resolusi tersebut sangat sulit sekali, karena desakan dari berbagai kalangan akhirnya resolusi tersebut keluar.
Coba lihat salah satu isi resolusi tersebut, pada bagian satu dijelaskan “Seruan bagi terciptanya gencatan senjata yang langgeng dan sepenuhnya dipatuhi sesegera mungkin menuju penarikan Israel sepenuhnya dari Gaza”. Kata segera mungkin pada resolusi DK PBB tersebut tidak mengelesaikan konflik secepatnya, seperti yang diharapkan masyarakat Palestina selam ini. Kalau hanya sesegera mungkin belum tentu akan mengakhiri penderitaan masyarakat Palestina. Tidak ada hari yang pasti memberhentikan konflik di Palestina. Oleh karena itu mahasiswa jangan cepat puas terhadap kebijakan yang dikeluarkan. Mahasiswa butuh bukti bukan janji.
Resolusi yang dikeluarkan DK PBB juga meninbulkan rasa ketidakpuasan dari kelompok Hamas sendiri. Kelompok Hamas Mengatakan resolusi tersebut menguntungkan bagi Israel bukan penyelesaikan konflik secepatnya. Pernyataan tersebut dinyatakan oleh pimpinan Hamas yang tertulis di Koran harian Sumbar beberapa hari yang lalu.
Begitu tidak berperikemanusiannya sikap yang dilakukan Israel terhadap Palestina, sekarang waktunya mahasiswa nenunjukan sikap yang berperikemanusiaan.
Solidaritas
Solidaritas berarti sikap setia kawan, merasa sedih jika saudara menderita. Apalagi penderitaan yang dialami masyarakat palestina saat ini. Sikap solidaritas bisa dilakukan dengan melakukan aksi kepada pemerintah, agar pemerintah menindak lanjuti konflik yang sedang terjadi dan juga mengumpulkan sumbangan suka rela untuk dikirimkan kepada masyarakat Palestina.
Tindakan solidaritas sudah ada pada diri mahasiswa sekarang ini, hanya perlu dimaksimalkan lagi. Karena mahasiswa yang sangat berpengaruh dalam melakukan perubahan dalam suatu Negara maupun dunia.
Doa dan Zikir
Doa dan zikir dilakukan secara bersama-sama oleh para mahasiswa secara bersama-sama adalah tindakan yang tepat untuk dilakukan. Setelah para mahasiswa melakukan berbagai aksi dan berusaha semampunya. Wajar untuk melantunkan doa dan zikir kepada Allah agar masyarakat Palestina diberikan ketabahan dan masyarakat Israel memperhentikan penjajahannya.
Mahasiswa Pend. TIK BP 07 UNP
Aktif di SKK Ganto