Dunia Online dalam Kampus

Kamis, Januari 28, 2010
Oleh Qalbi Salim
Pembelajaran berbasis Teknologi informasi (TI) telah menjalar seperti jamur dalam dunia pendidikan saat ini. Dengan kehadiran TI telah mengubah pola pembelajaran dari tiap-tiap peserta didik, mulai dari kalangan pelajar, siswa maupun mahasiswa. Dengan TI, peserta didik dengan mudahnya memperoleh bahan ajar, hanya membutuhkan waktu beberapa jam duduk di depan internet, bahan ajar tentunya akan diperoleh.


Tidak hanya pembelajaran berbasis TI yang mulai berkembang saat ini. Tentunya lembaga pendidikan seperti universitas telah mempersiapkan layanan-layanan mahasiswa yang berlandaskan TI. Karena dengan adanya layanan-layanan berlandaskan TI akan mempermudah mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Layanan-layanan yang dimaksud adalah layanan dalam bentuk online, yakni layanan mahasiswa dengan memanfaatkan kemajuan TI. Seperti Kartu Rencana Studi (KRS), Lembaran Hasil Studi (LHS), dan pendaftaran mahasiswa baru yang dilakukan secara online.

Dengan pemanfaatan online secara baik dalam kehidupan kampus, tentunya akan mendekatkan suatu universitas menuju universitas yang berbasiskan TI. Tentunya universitas dikatakan berbasiskan TI jika universitas tersebut telah berupaya mengembangkan teknologi dalam kehidupan kampus. Jika semua hal yang berhubungan dengan kepentingan akademik mahasiswa telah mampu dilaksanakan secara online, tentunya biaya-biaya yang dibutuhkan selama ini akan mampu diminimalisir. Karena sebelum online dilaksanakan, semuanya dilaksanakan secara manual. Bayangkan saja berapa biaya fomulir Alat Baca Optik (ABO) yang dibutuhkan pada waktu mahasiswa pengisian KRS? Pihak universitas sudah tentu berupaya menyediakan fomulir ABO sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Namun dengan adanya penerapan online, mahasiswa tidak perlu lagi menghitam-hitam formulir ABO, hanya dengan mengklik-klik tombol mouse komputer.

Sudah jelas bahwa penerapan online dalam kehidupan kampus sangat bermanfaat. Disamping hemat biaya juga hemat tenaga. Tapi harus dilihat dari kesiapan universitas dalam penerapan online dalam kampus. Banyak hal yang harus dipersiapkan, baik berupa kesiapan dari warga kampus maupun kesiapan fasilitas pendukung lainnya. Sungguh hal yang disayangkan jika, online diterapkan disebuah universitas, tapi malah mengalami simpang siur. Warga kampus yang merasa tidak puas dan merasa dirugikan.

Kesimpang siuran terjadi disebabkan karena ketidaksiapan Sumber Daya Manusia (SDM). Maksudnya kesiapapan dari warga kampus itu sendiri, baik mahasiswa maupun dosen. Sebagai warga kampus yang memanfaatkan online secara langsung. Tidak menjamin mahasiswa yang baru masuk kesebuah universitas, akan mengerti tentang TI secara langsung. Tidak semua mahasiswa sebuah universitas yang berasal dari Kota. Sebaiknya pihak universitas berupaya mencarikan solusi agar warga kampus tidak gagap akan TI.
Kekurangan hal-hal pendukung, seperti ketidaklengkapan fasilitas menjadi kendala bagi mahasiswa dalam penerapan online dan pemahaman akanTI. Jika jumlah mahasiswa tidak sebanding dengan fasilitas yang ada, tentunya warga kampus khususnya mahasiswa tidak akan paham akan TI seperti yang diharabkan. Karena dalam memahami TI tidak hanya butuh teori tapi harus ada media untuk mempratekkan teori tersebut. Media yang dimaksud tentunya komputer dengan akses internet yang lancar.

Kebijakan yang bijak dari pihak universitas tentu sangat dibutuhkan, tentu dalam meningkatkan pemahaman warga kampus terhadap TI, pihak universitas harus merancangkan suatu perencanaan agar warga kampus tidak menganggap TI sebagai hal yang baru lagi, tapi sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan kampus. Menjadikan TI kebiasaan dalam kehidupan kampus, salah satu dapat dilakukan dengan memberikan mata kuliah TI bagi tiap-tiap prodi yang ada di universitas. Jadi dengan adanya mata kuliah TI di tiap-tiap prodi tentunya akan manjangkau semua lapisan mahasiswa. Mahasiswa akan sadar bahwa pemahaman akan TI sangat dibutuhkan dalam dunia kampus. Akhirnya pembekalan TI akan merata di kalangan mahasiswa.

Selanjutnya bagi dosen-dosen yang belum mengerti TI, pihak universitas harus memberikan pelatihan-pelatihan dan bimbingan dalam pemanfaatan online. Jika pihak dosen telah paham TI, tentunya para dosen tidak akan mengalami masalah dalam online. Tidak akan ada lagi para dosen yang salah dalam memasukan nilai mahasiswa ke Pusat Komputer (Puskom), dan tidak ada lagi mahasiswa yang dirugikan. Walaupun pelatihan-pelatihan dan bimbingan telah diberikan, tapi pemantauan terhadap dosen sangat dibutuhkan. Disamping meningkatkan kemampuan mahasiswa dan dosen tentunya pihak universitas harus memperhatikan keadaan pegawai yang mengelola online tersebut.

Apakah pegawai yang bekerja selama ini memadai, berapa orang teknisi komputer yang ada di setiap fakultas. Jika terdapat keberimbangan antara pegawai dengan hal yang dikerjakan, sudah tentu hal-hal yang tidak dinginkan tidak akan terjadi.

Selanjutkan pihak universitas harus berupaya melengkapi sarana prasana penunjang TI di dalam kampus. Hal ini bisa dilakukan dengan memperhatikan jumlah unit komputer yang terdapat ditiap fakultas dan jurusan. Jika fasilitas yang ada tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa, hal ini akan memperlambat warga kampus dalam memahami TI. Jadi banyak hal yang harus dibenahi dalam mewujubkan universitas yang berlandaskan TI. Paham akan TI adalah hal yang menjadi memicu bagi mahasiswa dalam memanfaatkan online. Sebab online berkembang karena kemajuan dari TI. 

Mahasiswa Pend. TIK
BP 2007 UNP
Diberdayakan oleh Blogger.