Kampus Kreatif, Kampus Idaman
Oleh Qalbi Salim
Sungguh perih hati rasanya ketika melihat ratusan mantan mahasiswa harus menjadi seorang pengangguran. Orang-orang pilihan, yang masuk ke Perguruan Tinggi (PT) beberapa tahun dulu, terlihat tidak tahu apa yang harus dilakukan. Selama ini, hari-hari mereka telah dihabiskan di bangku kuliah demi menuntut ilmu. Dengan satu harapan nantinya akan menjadi seorang wisudawan dengan gelar sarjana.
Orang-orang pilihan itu, telah masuk ke dalam catatan buku wisuda PT tempat mereka selama ini, sambil menanti secuil harapan dari penyeleksian Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang waktu penyeleksiannya biasanya pada bulan Oktober. Namum, sudah menjadi hal yang lumbrah, jika pemerintah daerah tidak bisa menampung semua para wisudawan yang telah mengakhiri masa studinya. Hanya sebagian kecil para wisudawan yang dapat menduduki jabatan sebagai seorang pegawai negeri sipil. Jadi, yang lainnya mau dikemanakan?
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) kota Padang, angka pengangguran penduduk umur 15 tahun ke atas pada tahun 2006 secara keseluruhan (jumlah laki-laki tambah perempuan) 13,16 sedangkan tahun 2007:17, 63 dan ditahun 2008: 14,61. Sedangkan jumlah angkatan kerja pada tahun 2006 mencapai 345,061orang untuk tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 340,420 orang. Namun angkatan kerja pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 344.497 orang.
Kalau dilihat dari data tiga tahun belakangan (2006,2007,2008) terlihat sekali jumlah angkatan kerja tiap tahunnya tidak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia, sehingga mengangkibatkan meningkannya angka pengangguran tiap tahunnya. Perguruan-perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta mempunyai peran penting di sini. Agar yang mengakibatkan angka pengangguran bukan lagi dari kalangan terpelajar atau mahasiswa, sudah cukup rasanya masih adanya kata-kata pengangguran Integtual. Tentu akan muncul lagi pertanyaan, kenapa masih adanya pengangguran Intelegtual? Hal ini jelas sekali disebabkan karena rendahnya mutu pendidikan dari lulusan PT.
Namun susah sekali untuk menyalahkan, siapa yang harus bertanggungjawab terhadap rendahnya hasil dari mutu pendidikan? Tidaklah wajar rasanya, jika masih ada lulusan PT yang menghasilkan sarjana-sarjana yang belum mampu bersaing dalam memperoleh pekerjaan. Ini semua menjadi tantangan bagi PT. Dalam menghasilkan seorang sarjana yang mandiri, kuat dan siap pakai. Nah saatnya perguruan tinggi untuk bekerja keras.
Namun, keberadaan PT tinggi di Indonesia juga bisa dikatakan mengkuatirkan. Berdasarkan data Badan Akresitasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) menunjukkan untuk saat ini sudah ada 3.000 PT yang terdaftar, tapi dari jumlah itu baru 78 PT yang telah mendapatkan akreditasi. Jadi 2.922 PT yang belum terakreditasi. Sedangkan untuk program studi, saat ini 2.500 program studi yang telah terakreditasi dan masing tersisa 1.500 program studi yang belum terakreditasi (Padang Ekpres, Sabtu, 23 Oktober).
Dalam menghasilkan lulusan yang mandiri, kuat dan siap pakai tidak lepas dari peran PT. PT tinggi harus mampu memaksimalkan apa yang telah ada dan meminimalisir kekurangan selama ini. Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan kemampuan skill mahasiswa, misalnya dengan melaksanakan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) tapi harus dilakukan dengan manajemen yang jelas. Sasaran dan tujuannya harus jelas, mulai dari perencanaan, pelaksanaannya dan evaluasinya harus jelas. Selanjutnya dapat dilakukan dengan mengintegrasikan mata kuliah-mata kuliah pengembangan skill di PT, misalnya mengadakan kuliah umum wirausaha.
Selanjutnnya PT tinggi harus mempunyai sasaran yang jelas. Kalau bicara masalah sasaran PT tentunya tidak lepas dari jurusan-jurasan yang ada di PT tersebut. Dapat dipertanyakan, bagaimana komitmen dari masing-masing jujuran dalam mempersiapkan mahasiswa yang siap pakai di dunia kerja? Jelas sekali ini berhubungan dengan akreditasi prodi yang ada pada jurusan tersebut. Tentunya tidak lepas dari dukungan pihak fakultas maupun pihak universitas. Sejauh apa perhatian para petinggi-petinggi universitas menjadi hal yang harus dipertanyakan?
Dalam mewujudkan hal tersebut tentunya peran dari sarana dan prasarana tidak hilangkan begitu saja, intinya sarana prasarana harus di utamakan, seperti pustaka, labor, Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM), Pusat Bisnis Mahasiswa dan hal yang lainnya. Hal ini salah satu hal yang harus diprioritaskan, bagaimana mahasiswa mempunyai skill yang baik, jika hal yang pendukung akademik mahasiswa masih belum optimal?
Pembinaan keilmuaan dan karir dosen serta pegawai PT harus baik. Dosen yang mengemban fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi, pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Harus mendapatkan pembinaan dengan baik, tugas dosen tidak hanya mengajar tapi juga harus melakukan penelitian, dan hasil penelitian tersebut harus diaplikasikan kepada masyaratakat. Pihak universistas harus siap dalam menyediakan hal pendukung dalam pendidikan, penelitian dan pengabdian dosen-dosen seperti memberikan perhatian lebih kepada Lembaga Penelitian (Lemlit) yang ada di PT tersebut. Seperti dosen harus menghasilkan sebuah buku, baik itu buku yang berhubungan dengan kebutuhan mahasiswa maupun buku yang akan diterapkan kepada masyarakat nantinya.
Bagi pegawai yang ada di PT tersebut jangan diluputkan dalam perhatian pihak univiersitas, berilah kesempatan kepada pegawai yang ada di PT untuk mengikuti seminar dan pelatihan ke tempat-tempat lain. Demi menambah pengalaman pegawai PT dalam mengerjakan tugas yang berhubungan dengan pihak universitas dan pelayanan kepada mahasiswa akan lebih baik. Pelayanan mahasiswa bisa dilakukan dengan mengadakan pelayanan yang mengarah kepada Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Seperti pengadaan layanan online berupa KRS online, pendaftaran online, digital library dan hal lainnya.
Dalam mewujudkan hal-hal diatas tidak lepas dari peran manajemen kampus yang baik, mulai dari manajemen akademik yang bagus, manajeman keuangan yang baik, menajemen kemahasiswaan yang jelas. Pejabat penting universitas seperti Pembantu Rektor (PR) I, PR II dan PR III harus benar-benar sinergis, jangan hanya sampai menampakkan ego masing-masing saja. Ketika ketiga pihak ini mampu bekerja sama, keinginan untuk mewujudkan kampus kreatif yang diidamankan mahasiswa selama ini tentunya akan terlaksana.
Penulis Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar