“Pengakuan Pribadi” di Pusat Bahasa Padang
Laporan Qalbi Salim
Esai adalah ekspresi dari opini seseorang (penulis) terhadap suatu masalah. Perpaduan antara fakta dengan imajinasi, antara pengetahuan dan perasaan membuat esai berbeda dengan tulisan lainya. Sebuah esai selayaknya dapat menghantarkan pembaca untuk memahami persoalan dengan cara yang tidak terlalu rinci dan kadang bernuansa santai, tetapi tetap sarat makna. “Basis kebahasaan dalam penulisan esai, harus menjadi perhatian” Jelas Darman Moenir, Sastrawan Sumatera Barat (Sumbar), sekaligus pemateri Pelatihan Penulisan Esai di Pusat Bahasa Padang, Senin-Jumat (13-17/12) di Aula Taman Budaya (Tambud) Sumbar.
Sementara itu, Wisran Hadi, Budayawan Sumbar sebagai pemateri menjelaskan bahwa esai terdapat tiga bagian-bagian dasar; pertama, pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah dan pada bagian pendahuluan seorang penulis harus mengemukakan semua masalah sesuai dengan topik yang sedang ditulis. Kedua, tubuh esai, masalah-masalah yang sedang ditulis mulai jelas dan terungkap. Ketiga, Bagian akhir, berisi tentang kesimpulan dan solusi yang diberikan oleh penulis terhadap masalah yang sedang ditulis.
Selanjutnya Wisran juga menegaskan saat menulis esai datanya harus lengkap dan tidak boleh asal-asalan, seorang penulis esai sebaiknya menulis sesuatu yang relevan dengan dirinya dan disaat memberikan solusi harus masuk akal dan hindari tulisan-tulisan yang menggurui pembaca dan jangan melakukan plagiat. “Hindari menggurui orang lain dan jangan dilakukan plagiat” tegas Wisran, Senin (13/12).
Dalam penulisan esai harus pintar mencari masalah, sebuah esai harus membuka banyak persoalan. Seorang penulis esai harus melihat masalah tersebut dari berbagai sisi, mulai dari sisi kebudayaan, sosial, agama dan pendidikan. Hal ini disebabkan karena esai merupakan pengakuan pribadi seorang penulis, yang sulit itu proses berfikir dalam menentukan permasalahan. “proses berfikir menentukan permasalahan menjadi kendala bagi penulis” jelas Wisran lagi.
Masalah ketatabahasaan juga menjadi kendala bagi penulis, disebabkan karena pengaruh bahasa daerah, seperti bahasa minang. Sebagian penulis yang berasal dari Sumbar ada yang mengindonesiakan bahasa minang itu sendiri. Seperti kutipan tulisan dari salah seorang peserta “ada orang yang merasa bangga ketika keluar dari restoran mahal” “ado urang nan maraso bangga kalua dari restoran maha”. Dalam menulis lebih baik tata bahasanya baku sesuai dengan tata bahasa Indonesia. Bagi penulis yang berasal dari Sumbar, berfikiran seperti orang minang lebih baik, tapi tulisannya bahasa Indonesia. “Menulis dengan bahasa Indonesia, tapi berfikiran seperti orang minang” tegas Misran dengan tersenyum.
Pelatihan yang diikuti perwakilan dari mahasiswa Sumbar, seperti; Universitas Andalas (Unand), Universitas Negeri Padang (UNP), IAIN Iman Bonjol, Universitas Bung Hatta (UBH) dan STIKIP PGRI dilaksanakan secara terstruktur. Untuk hari pertama peserta diajarkan untuk memahami konsep esai itu sendiri, hari-hari selanjut peserta mendiskusikan berbagai masalah yang muncul ditengah masyatakat; pendidikan, kebencanaan, kebudayaan, politik dan ekonomi. Masalah-masalah tersebut menjadi referensi bagi peserta disaat menulis esai. Esai yang telah di tulis dipresentasikan dan dilakukan telaah, mulai dari kedalaman masalah, cara penulisan dan kebahasaan. Sehingga selama pelatihan masing-masing peserta telah menulis dua esai.
Selanjutnya disela-sela pelatihan Darman Moenir menjelaskan, pelatihan penulisan esai dilaksanakan karena saat ini masih minimnya penulis-penulis esai di Sumbar. Sebelum pelatihan dilaksanakan, telah dilakukan perencanaan sebaik mungkin. Instruktur telah melakukan diskusi dengan pihak Pusat Bahasa Padang dan penulis yang ada di Sumbar, seperti Yusrizal KW dan Khairul Jasmi. Sehingga didapat kesimpulan, untuk saat penulis esai yang masih minim di Sumbar. Saat ini terdapat beberapa nama penulis esai di Sumbar seperti; Wisran Hadi, Saldi Isra, Hasanudin WS, Yusrizal KW dan Khairul Jasmi. “Saya selaku instruktur dan pihak balai bahasa berharap setelah pelatihan ini lahir penulis-penulis esai yang baru” harap Darman, Selasa (14/12).
Esai adalah ekspresi dari opini seseorang (penulis) terhadap suatu masalah. Perpaduan antara fakta dengan imajinasi, antara pengetahuan dan perasaan membuat esai berbeda dengan tulisan lainya. Sebuah esai selayaknya dapat menghantarkan pembaca untuk memahami persoalan dengan cara yang tidak terlalu rinci dan kadang bernuansa santai, tetapi tetap sarat makna. “Basis kebahasaan dalam penulisan esai, harus menjadi perhatian” Jelas Darman Moenir, Sastrawan Sumatera Barat (Sumbar), sekaligus pemateri Pelatihan Penulisan Esai di Pusat Bahasa Padang, Senin-Jumat (13-17/12) di Aula Taman Budaya (Tambud) Sumbar.
Sementara itu, Wisran Hadi, Budayawan Sumbar sebagai pemateri menjelaskan bahwa esai terdapat tiga bagian-bagian dasar; pertama, pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah dan pada bagian pendahuluan seorang penulis harus mengemukakan semua masalah sesuai dengan topik yang sedang ditulis. Kedua, tubuh esai, masalah-masalah yang sedang ditulis mulai jelas dan terungkap. Ketiga, Bagian akhir, berisi tentang kesimpulan dan solusi yang diberikan oleh penulis terhadap masalah yang sedang ditulis.
Selanjutnya Wisran juga menegaskan saat menulis esai datanya harus lengkap dan tidak boleh asal-asalan, seorang penulis esai sebaiknya menulis sesuatu yang relevan dengan dirinya dan disaat memberikan solusi harus masuk akal dan hindari tulisan-tulisan yang menggurui pembaca dan jangan melakukan plagiat. “Hindari menggurui orang lain dan jangan dilakukan plagiat” tegas Wisran, Senin (13/12).
Dalam penulisan esai harus pintar mencari masalah, sebuah esai harus membuka banyak persoalan. Seorang penulis esai harus melihat masalah tersebut dari berbagai sisi, mulai dari sisi kebudayaan, sosial, agama dan pendidikan. Hal ini disebabkan karena esai merupakan pengakuan pribadi seorang penulis, yang sulit itu proses berfikir dalam menentukan permasalahan. “proses berfikir menentukan permasalahan menjadi kendala bagi penulis” jelas Wisran lagi.
Masalah ketatabahasaan juga menjadi kendala bagi penulis, disebabkan karena pengaruh bahasa daerah, seperti bahasa minang. Sebagian penulis yang berasal dari Sumbar ada yang mengindonesiakan bahasa minang itu sendiri. Seperti kutipan tulisan dari salah seorang peserta “ada orang yang merasa bangga ketika keluar dari restoran mahal” “ado urang nan maraso bangga kalua dari restoran maha”. Dalam menulis lebih baik tata bahasanya baku sesuai dengan tata bahasa Indonesia. Bagi penulis yang berasal dari Sumbar, berfikiran seperti orang minang lebih baik, tapi tulisannya bahasa Indonesia. “Menulis dengan bahasa Indonesia, tapi berfikiran seperti orang minang” tegas Misran dengan tersenyum.
Pelatihan yang diikuti perwakilan dari mahasiswa Sumbar, seperti; Universitas Andalas (Unand), Universitas Negeri Padang (UNP), IAIN Iman Bonjol, Universitas Bung Hatta (UBH) dan STIKIP PGRI dilaksanakan secara terstruktur. Untuk hari pertama peserta diajarkan untuk memahami konsep esai itu sendiri, hari-hari selanjut peserta mendiskusikan berbagai masalah yang muncul ditengah masyatakat; pendidikan, kebencanaan, kebudayaan, politik dan ekonomi. Masalah-masalah tersebut menjadi referensi bagi peserta disaat menulis esai. Esai yang telah di tulis dipresentasikan dan dilakukan telaah, mulai dari kedalaman masalah, cara penulisan dan kebahasaan. Sehingga selama pelatihan masing-masing peserta telah menulis dua esai.
Selanjutnya disela-sela pelatihan Darman Moenir menjelaskan, pelatihan penulisan esai dilaksanakan karena saat ini masih minimnya penulis-penulis esai di Sumbar. Sebelum pelatihan dilaksanakan, telah dilakukan perencanaan sebaik mungkin. Instruktur telah melakukan diskusi dengan pihak Pusat Bahasa Padang dan penulis yang ada di Sumbar, seperti Yusrizal KW dan Khairul Jasmi. Sehingga didapat kesimpulan, untuk saat penulis esai yang masih minim di Sumbar. Saat ini terdapat beberapa nama penulis esai di Sumbar seperti; Wisran Hadi, Saldi Isra, Hasanudin WS, Yusrizal KW dan Khairul Jasmi. “Saya selaku instruktur dan pihak balai bahasa berharap setelah pelatihan ini lahir penulis-penulis esai yang baru” harap Darman, Selasa (14/12).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar